Beberapa bulan lalu saya mendatangi seorang Ibu, yang juga sebagai orangtua teman dan juru pijat orangtua saya.
Saya mendatanginya karna saya mendengar kabar, dia sakit stroke, tidak bisa kemana-mana.
Setelah sampai, seperti biasa menengok orang sakit, saya menyapa ramah. Karna hubungan kami sudah dekat, saya memberanikan diri untuk bertanya lebih pribadi padanya. Berikut wawancara saya...
"Saya coba bantu ya bu. Semoga bisa meringankan penyakit yang sekarang ibu alami"
"Tak apa ton, silahkan"
"Boleh saya tanya bu. Apakah Ibu menyimpan perasaan tertentu terhadap seseorang? kecewa atau sakit hati yang membuat ibu terbeban fikiran?"
"Ya. Ada seseorang yang sudah saya anggap saudara sendiri. Tapi sayangnya dia selalu ingin merebut pelanggan saya. Padahal dia sudah tahu, dia pelanggan terbaik saya"
"Menurut ibu mengapa dia sampai berani berbuat seperti itu?"
"Mungkin karna pelanggan saya itu sangat baik dan royal"
"Apakah karna ini Ibu jadi sakit hati padanya?"
"Dia suka bicara tidak enak dibelakang saya. Itu yg saya tidak suka"
"Mmmm....baiklah bu. Saya bantu netralkan perasaan tertekan ibu. Meski demikian nanti ibu musti tetap minum vitamin dan ikut anjuran dokter agar ibu bisa cepat pulih"
Setelah wawancara, Ibu ini saya terapi untuk menetralkan rasa sakit hatinya pada orang yg dia anggap telah membuatnya selalu terbeban fikiran.
Apa yang terjadi setelah ini adalah, ibu tersebut mengatakan..."Saya plong ton. Lega.."
Saudara/ri,
Kadang saya sendiri bingung dengan perkataan dokter yang mengatakan orang sakit karna fikiran. Dan tak tanggung-tanggung, porsinya diatas 50%.
Dari pelajaran diatas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa jika terbeban fikiran bisa membuat fisik kita ikut sakit.
Nah..apakah jika sekarang Anda/saudara Anda/orangtua Anda sakit karna dia terbeban fikiran..?
Semoga menginspirasi.